Minggu, 06 November 2011

Materialisme dan Idealisme

Mereka tidak cacat. Sebab lagi-lagi mas mugi salah tanggap. Apakah saya harus mengatakan bahwa sesuatu yang diinderai harus secara langsung? Marx, telah diinderai oleh orang di masa lalu. Baik yang islam maupun yang kristen, tidak penting apa agama dan politiknya, Marx diakui ada. Peninggalan tertulisnya pun ada. Foto-fotonya ada. Anak cucunya ada. Orang sedunia dari berbagai golongan mengakui eksistensinya. Manusia yang bodohlah yang mengabaikan fakta tersebut. Bagaimana dengan Wahyu islam? Hanya orang-orang islam yang mengakuinya. Itu pun, hanya orang-orang sunni yang mengakui wahyu-wahyu sunni. Hanya orang-orang yang percaya hadits mutawatir mengakui wahyu-wahyu mutawatir. Hanya golongan-golongan islam tertentu yang mengakui tafsiran-tafsiran wahyu tertentu, hukum-hukum islam tertentu, atau gerakan-gerakan islam tertentu. Dan semua mereka mengatakan diri mereka bersandar atas wahyu yang suci nan keramat tidak bisa diganggu gugat. Bukankah itu sungguh suatu persoalan yang nyata? Marxisme, bagaimanapun relatifnya, beragamnya, toh tidak mengaku suci. Mereka tetap terbuka atas kritikan. Sebab mereka percaya, hanya kaum buruh lah yang memahaminya. Kaum intelektual yang tidak memburuh pun tidak akan pernah memahaminya dengan baik. Apalagi mengartikulasikannya dengan baik. Maka dari itu, kaum marxis menganggap persatuan antara pemahaman dengan pengalaman, perlu diselaraskan. Apabila tidak, maka penguasaan tidak akan sempurna. Btw, saya pikir catatan-catatan kita ini perlu dirapikan. Ada baiknya mas mugi memberi nomor Handpone. Agar saya bisa menghubungi mas mugi. Ini demi keseriusan pembahasan kita. Ini nomor kami: 081392939857


Nara Sumber : Joko Supriadi

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih sudah membaca postingan ini, mohon meninggalkan komentar dipostingan ini.