Rabu, 27 Juli 2011

Israel dan Palestina

Perang.

Bang Joko
Perang, tampaknya adalah pembunuhan besar-besaran. Tapi dibalik itu sebenarnya ada kepentingan ekonomi. Di masa feudal, maka perang adalah perebutan tanah atau lahan produktif seperti pertanian atau pertambangan. Di masa industri, maka perang adalah upaya untuk mendorong aktivitas industri dalam negeri yang mengalami resesi, dan atau, mendorong aktivitas industri global. Bila perang hanya terjadi anatara dua negara, maka perang itu akan mendorong aktivitas industri kedua negara tersebut. Bila perang terjadi antara banyak negara, maka aktivitas industri semua negara itu. Di era global, maka perang sifatnya membenua.

Jadi, perang hanya menguntungkan negara yang basis industrinya sudah kuat. Sebab dari sisi ekonomi, perang berfungsi mendorong aktivitas industri. Adapun negara yang basis industrinya lemah, maka perang hanya akan melumpuhkan negara tersebut.

Ibaratnya aktivitas manusia, perang itu adalah olahraga tinju atau gulat. Bagi manusia yang tubuhnya sehat, tinju atau gulat itu akan membuat ia tambah gesit dan kuat. Tapi bagi manusia yang bertubuh lemah atau sakit, maka olahraga tinju dan gulat itu tentu hanya akan memperburuk keadaan.

Memang perang bisa menyebabkan defisit anggaran. Tapi defisit anggaran tidak jadi masalah. Negara tidak harus kaya uang, tapi ia harus kaya industri. Sebab yang membuat sebuah negara kuat dan berpengaruh bukanlah uangnya, tapi industrinya. Dan negara tidak bisa kaya industri bila industri dalam negerinya tidak bergairah alias tidak aktif.

Crash dan Depression

Dalam negara kapitalis, maka industri secara berkesinambungan mengalami chaos dalam bentuk pertumbuhan ekonomi yang menaik dan menurun. Bila ia terus menaik tak terkendali, maka berujung pada krisis modal (crash). Bila ia menurun tak terkendali maka berujung pada krisis barang (inflasi). Kedua krisis ini bisa membunuh dunia bisnis, maka itu peran pemerintah amerika, misalnya, yaitu mengendalikan menaik dan menurunnya pertumbuhan ekonomi ini. Tidak hanya dengan kebijakan fiscal (pajak dan retribusi) dan moneter (suku bunga dan inflasi) dalam negerinya sendiri, tapi fiscal dan moneter negeri lain.

Maka dari itu amerika perlu mengintervensi negara-negara lain. Kalau tidak begitu, dia mati. Intervensi paling halus lewat diplomasi, paling kasar, lewat perang. Diplomasi bisa legal atau illegal. Perang hanya dilakukan bila memberi efek signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Biaya perang harus selalu lebih rendah dari keuntungan ekonomis yang akan dihasilkannya.

Jadi, Perang-perang yang dilakukan oleh amerika, bertujuan mengintervensi fiscal dan moneter negeri lain. Ia tidak perduli agama apa yang dipeluk negeri itu, yang penting ia dibolehkan mengintervensi kebijakan fiscal dan moneternya.
Karena semua perang yang dikomando amerika bertujuan untuk menumbuhkan ekonomi dalam negerinya, maka dari itu perang-perang itu tidak dilakukan secara serius terhadap negeri-negeri yang dekat dengannya. Walau seprotektif apapun negeri-negeri di dekatnya memusuhinya. Seperti negeri-negeri di amerika latin yang berhaluan sosialis. Bila perang itu terjadi dalam area satu benua amerika, maka industri amerika jauh lebih terancam daripada bila perang itu terjadi di benua asia atau timur tengah.

Demikian juga dengan kebijakan agresif jepang dan jerman di masa perang dunia kedua. Peperangan membuat industri di negara mereka tumbuh dengan cepat. Kebijakan Rosevelt untuk berperang pun membuat pertumbuhan ekonomi amerika pulih kembali.

Bagaimana dengan peperangan Israel dan Palestina?
Apa keuntungan Israel dari perang tersebut?

Sudah jelas, Israel itu negeri industri. Maka perang yang ia canangkan pada palestina bermaksud mengendalikan pertumbuhan ekonominya. Tanpa perang itu, apa kegiatan industri Israel?

Untuk membuat sejumlah peluru, dibutuhkan industri selongsong dan mesiu. Industri selongsong membutuhkan industri mesin produksi dan industri mesiu membutuhkan industri kima. Industri mesin produksi membutuhkan industri logam dan industri kimia membutuhkan industri sintetis. Dstnya dstnya.
Semua pekerja industri yang berkaitan dengan peluru itu membutuhkan industri sandang, pangan dan papan, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya. Tentu Peperangan adalah proyek yang positif sekali nilainya bagi negara seperti Israel.

Jadi, memerangi Israel hanya akan menguntungkan Israel. Perang hanya akan membuat israel kebanjiran proyek industri, sehingga membuat pertumbuhan ekonominya terkendali.

Maka dari itu untuk mengalahkan Israel bukanlah dengan melemparinya dengan batu atau pelontar roket sederhana, tapi hancurkan sama sekali atau dengan meninggalkannya sama sekali. Hancurkan dengan nuklir hingga israel lebur, atau kalau tidak bisa, jauhi dia. Berhenti berperang dengannya. Biarkan ia mengalami pertumbuhan ekonomi yang tidak terkendali. Biarkan ekonominya naik tak terkendali atau turun tak terkendali. Biarkan bisnisnya hancur.

Israel akan menggali kuburannya sendiri.

Oleh : Joko Supriadi

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih sudah membaca postingan ini, mohon meninggalkan komentar dipostingan ini.