Minggu, 13 November 2011

Pahlawan itu...


Pahlawan? Hmm, apa ya.. Pahlawan ya?.
Tampaknya kata ini memiliki makna begitu besar dan sakral ya? Seingat saya sih, dulu waktu masih berseragam putih merah dan bersepatu hitam -dengan kaos kaki kendor-, pahlawan itu ya para pejuang yang penuh kegigihan, keberanian bahkan mengorbankan nyawanya untuk membela dan mempertahankan negara kita ini. Wah, berarti ‘gelar’ pahlawan hanya milik orang-orang dulu ya? Lalu untuk menjadi pahlwan itu harus mati dulu ya? ais, ga bisa dibuat syaratnya lebih mudah dan adil apa? Kan kita kebagian lahir di jaman sekarang. Nah, bagaimana kalau kita sama-sama definiskan kembali arti pahlawan dan kepahlawanan, ya versi kita sediri. Sepakat kan? Boleh ya, yah yah.. pliss


Jika mengutip dari kamus besar bahasa Indonesia, pahlawan artinya orang yg menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, pejuang yg gagah berani. Nah dari sini saja saya yakin teman-teman sepakat bahwa ‘gelar’ pahlawan tidak hanya eksklusif milik generasi masa lalu atau pejuang-pejuang yang telah mengorbankan jiwa raganya untuk bangsa ini, jadi siapapun berpeluang juga untuk menjadi pahlawan. Logika sederhananya berarti berlaku umum dan menembus batas waktu, selama memenuhi kriteria yang disebutkan tadi. Mari kita urai dengan kemampuan nalar kita yang seadanya ini..hehe. Jika memperhatikan kondisi kekinian di kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara kita, dengan mudah kita temukan politisi, birokrat atau mungkin aktivis yang dengan gagah berani tampil ke depan untuk melawan arus pada umumnya, secara vokal dan fasih mengatasnamakan demi keadilan dan kebenaran. Sampai disini kita akan tersadar, istilah BERANI dan BENAR kini seperti telah kehilangan kesaktiannya. Mudah disebutkan, tapi seolah tak memiliki nyawa. Maka kita juga berhak untuk mempertanyakan kembali, berani karena apa? Benar menurut siapa? Nah, kok makin ribet sih.. Tidak usah rempong deh, kita cukup menyempurnakan istilah tersebut dengan menambahkan kandungan nilai-nilai yang universal, tulus dan etis. Yup, keberanian dan kebenaran itu lahir dari pemahaman yang berlaku -dan diakui- secara umum, emangnya ada? Pasti ada! Ia yang tumbuh dari kebenaran yang hakiki, dilahirkan langsung dari rahim yang Maha Benar. Kemudian perjuangan dan pengorbanan itu sejatinya harus tulus, tak sekedar mengejar materi apalagi menguber pembalap fixie (..hehe). Lalu dilakukan dengan cara-cara yang etis, tak melangkahi norma dan etika yang kita yakini. Berarti kejujuran dan objektifitas tak dapat dipisahkan dalam rangkaian proses menuju sikap kepahlawan ini. Mantap. Wah, ternyata kita telah selesai mendefinikan ulang bagaimana seharusnya kriteria seorang pahlawan. Kalau begini, siapa pun, kapan pun dan dimana pun seseorang dapat menjadi pahlawan. Tentunya dengan cara dan jalan juangnya masing-masing. Berani bersikap, tulus berbuat dan cerdas bertindak untuk kemanfaatan bersama.

Perhatikan orang-orang sekitar kita, kiranya ada diantara mereka yang tanpa sadar -dan tanpa promosi tentunya- memiliki jiwa kepahlawanan. Bergaul dan berlajarlah darinya, mulai dari yang sederhana walaupun sepele. Meskipun sifat kepahlawanan tidak dapat ditulari, tapi kelak mampu memberi inspirasi. Walaupun namanya tak pernah tercatat dalam buku sejarah sekolah, setidaknya akan tercatat dalam sejarah hidup di hati orang-orang sekitar. Pahlawan tak mengharap pujian, tetapi lakunya kerap terpuji.
Sekarang bangkit dan berdirilah didepan cermin, lalu katakan pada ia didepan: “kamulah pahlawan yang mereka nanti”

Kepada pahlawan kecil, pahlawan muda dan pahlawan tak dianggap. Tulisan ini kupersembahkan padamu.


Oleh : Aldy Artrian

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih sudah membaca postingan ini, mohon meninggalkan komentar dipostingan ini.