Senin, 07 Januari 2013

Garuda di dadaku,Malaysia di perutku

Garuda di dadaku,Malaysia di perutku.slogan ini sepertinya pantas untuk menggambarkan tentang kehidupan social sehari-hari masyarakat di daerah perbatasan Indonesia-malaysia tepatnya di sebatik Kalimantan timur.disana, masyarakat perbatasan lebih dominan menggunakan barang dan mengkonsumsi bahan-bahan sembako dari tawau Malaysia yang hanya berjarak sekitar 30 menit dari kota sebatik.selain itu factor harga yang lebih murah dan mudahnya transportasi untuk mendapatkan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh masyarakat sebatik juga menjadi salah satu alasan mereka memilih tawau sebagai tujuan mereka melakukan transaksi.bukan hanya dari sektor kebutuhan pokok saja yang seperti ini,tetapi juga di sektor pendidikan dan bahasa.di sektor pendidikan menurut beberapa narasumber yang saya temui mengatakan hamper 80 % sekolah di sebatik tidak ada terpampang foto presiden dan wakil presiden republik Indonesia, selain itu, di sekolah tersebut juga tidak ada peta Indonesia.maka dari, itu tidak heran apabila kita bertanya dengan anak-anak di sebatik tentang siapa presiden Indonesia, banyak dari mereka yang menjawab tidak tahu.bukan hanya itu menurut dari penjelasan beberapa org yg tidak ingin disebutkan namanya,apabila di sekolah itu melakukan upacara, mereka lebih dulu menyanyikan lagu kebangsaan Malaysia dan kemudian baru menyanyikan lagu kebangsaan INDONESIA RAYA.(ketika membaca pernyataan dari orang tersebut saya langsung termenung dan membayangkan Seandainya WR Supratman sebagai pencipta lagu Indonesia Raya masih hidup,pasti dia akan tertunduk lesu mengetahui kabar ini). Saya hamper meneteskan air mata ketika saya mengajak ngobrol anak-anak di sebatik dengan menggunakan bahasa Indonesia, karena tidak begitu mendapat respond dan dimengerti oleh mereka.tetapi ketika seorang teman saya yang berasal dari daerah sabah malaysia menjelaskannya dengan menggunakan bahasa melayu barulah mereka mengerti dan dapat memahaminya. Lancarnya mereka berbahasa Melayu bukan karena keseringan nonton serial Ipin & Upin di salah satu stasiun televisi Indonesia atau televisi Malaysia. Namun, lebih karena guru Malaysia lebih dominan memberikan pelajaran dibandingkan guru Indonesia yang diperbantukan. Lalu kemana guru-guru asal Indonesia ? Kondisi seperti itu, sudah sangat menggambarkan jiwa anak-anak di perbatasan yang bukan lagi Indonesia namun Malaysia. Perlunya pemahaman dan penguasaan bahasa Indonesia pada anak-anak itu, tidak sedangkal agar mampu menjawab pertanyaan para warga Indonesia atau bahkan Presiden kita saat melakukan aksi kunjungan perbatasan. Atau bahkan mengantisipasi tangis presiden kita SBY, yang sangat sensitif itu. Bisa-bisa beliau berderai air mata saat melontarkan pertanyaan dalam bahasa Indonesia “Tahukah Adik-adik siapa Saya. Saya adalah presiden kalian, Presiden Indonesia. Ada yang tahu nama Saya?”. Sedang anak-anak itu hanya terbengong-bengongong.kita tidak bisa menuntut agar masyarakat di perbatasan untuk mencintai produk local sedangkan mereka lebih mudah untuk mendapatkan produk malaysia Kita tidak bisa menuntut agar anak-anak di perbatasan Indonesia-Malaysia agar mencintai bahasa Indonesia, sedang mereka tidak mendapatkan hak pendidikan layaknya anak Indonesia lainnya. Kita tidak bisa menuntut mereka untuk mahir berbahasa Indonesia sedang tiap hari mereka disuapi bahasa Melayu oleh guru-guru Malaysia. Kita tidak bisa menuntut mereka mencintai Indonesia sedang Malaysia lebih memperhatikan mereka dan Indonesia sebatas mengunjungi bahkan mengabaikannya. Inilah sebenarnya yang tengah terjadi dengan masyarakat di daerah perbatasan Indonesia-malaysia.Tentu kita tidak rela anak-anak Indonesia di perbatasan lebih mencintai Malaysia daripada Indonesia, lebih mengenal bendera Malaysia daripada bendera Indonesia,dan lebih mengal raja malaysia daripada presiden Indonesia. namun kita sepertinya terpaksa harus merelakannya karena berita dalam tulisan ini benar adanya.

Oleh : Aji Sapto Nugroho

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih sudah membaca postingan ini, mohon meninggalkan komentar dipostingan ini.